Cerita Seks : Bude Menjadi Perawan Tua
Aku baru saja tamat SMP dan aku harus tinggal bersama Bude aku (kakak dari ibunya) di ibukota kecamatan. Umurku 16 tahun dan suka olahraga lari dan sepakbola. Rajin membantu dan ringan tangan dalam banyak pekerjaan, tidak banyak bicara dan tinggi tubuhnya dalam usia yang muda itu cukup lumayan. 170Cm, sawo matang, rambut lurus dan nilai raport rata-rata delapan. Itulah sebabnya, ayah-ibuku merasa sayang pada aku
Karena ortu ku tidak mampu menyekolahkan, Bude yang perawan tua dan sudah berusia 48 tahun, memungutku menjadi anak sendiri untuk diseklahkan, dengan harapan, nanti kalau dia sudah tua dia bisa menumpang pada aku dan rumah serta sawah dan kios kecil di pasar kecamatan yang dua pintu tapi disatukan menjadi milik aku. Ibu dan ayah sangat senang dan bahagia.
Pagi-pagi sekali keduanya sudah bangun kemudian mengerjakan pekerjaan masing-masing lalu sarapan. Mumpung belum masuk sekolah ke STM, aku ikut ke pasar membantu jualan. Di pasar, Bude sudah sangat terkenal sebagai grosir jamu dari sebuah perusahaan. Dari kecamatan lain banyak yang membeli jamu produk perusahaan jamu tertua itu ke kiosnya.
Cerita Sex
Walau sudah berusia 48 tahun Bude kelihatan masih padat dan berisi. Dia selalu mengenakan kebaya pendek, dengan rambut disisir rapi dan disanggul, serta mengenakan kain batik, juga selendang. Sejak kehadiran aku, dia tidak naik ojek lagi, karena Bude sudah pula mengkredit sebuah motor China untuk nanti aku pakai ke sekolahnya. Bude sangat senang, karena aku sangat rajin.
Pukul 12.00 aku sudah membuka nasi dari rantang dan menaruhnya ke piring dan menyiapkan segalanya, agar Budenya makan siang dan aku yang ganti menjaga kios melayani pembeli yang seakan-akan tak pernah habisnya. Pantas setiap sore, Bude selalu membawa uang yang banyak dalam tas-nya.
Bude walau tingginya 156 Cm, berkulit putih bersih sedikit kerutan di wajahnya, namun teteknya masih bulat dan padat, serta pantatnya besar dan padat pula. Dia memintaku membawa tas berisi uang dan Bude naik ke boncengan serta di atas pahanya dia membawa bawaan dalam plastik agak lumayan besar. Pukul 17.20 (berkisar seperti itu setiap hari secara rutin) kami sampai ke rumah yag tak jauh dari pasar.
Rumah Bude persis di pinggiran desa, tersendiri di tepi sawahnya yag baru saja ditanami oleh orang lain. Hasil sawahnya akan dibagi tiga. Dua untuk yang mengerjakan, satu untuk Bude.
Setelah mandi, Bude bersiap-siap menyiapkan makan malam mereka. Begitu keluar dari kamar mandi, aku sangat kagum dan horny melihat tubuh Bude-nya. Dengan mengenakan daster mini yang sangat tipis dan tanpa bra, kelihatan seperti transparan, pentil teteknya dan kulit perutnya yang putih mulus. aku menelan ludahnya. Gantian aku memasuki kamar mandi.
Sembari menyiapkan makanan, dia terus melamun. Entah kenapa tiba-tiba Bude juga sepertinya berpikiran aneh juga, terlebih setelah melihat aku keluar dari kamar mandi hanya memakai celana pendek dan bertelanjang dada. Guh… masih muda, tapi kelihatan tubuhnya demikian atletis. kami makan berdua di ruang makan di dapur. Bude kelihatan sengaja melepas dua kancing bagian atas dasternya dan memperlihatkan belahan dada-nya yang putih.
Cerita Mesum
Seperti tidak sengaja, dia mengangkap pahanya, sampai pangkal pahanya kelihatan putih dan Jojo memperhatikannya tanpa kedip. Kelihatannya dia menggodaku Usai makan, aku langsung mengangkati piring kotor, walau dilarang oleh Bude.
“Kamu anak yang rajin dan suka membantu.”
“Namanya juga anak, ya harus membantu ibunya. Ibu kan sudah capek,” kata aku yang tidak lagi memanggilnya Bude, tapi ibu,. Bude tersenyum manis. Saat aku menjangkau sebuah gelas dan tubuhnya dekat dengan Bude, Bude memeluknya dan merangkulnya. Anak ibu memang rajin dan ibu senang sekali, katanya mencium pipiku dan memeluk aku
Orang yang berbakti kepada ibunya pasti akan diberkati, kata Bude pula sembari memeluk aku dan buah dadanya menempel di dadaku. Srrrrr… darah aku berdesir akibat tempelan tetek besar yang kenyal itu.
Acara dangdut di TV mereka tonton berdua. Dan Bude menarikku untuk duduk dekat denganya di sofa. Bude merangkulku dan membelai-belaiaku.
“Sebagai ibu, dia wajib menyusui anaknya. Walau aku tidak memiliki air susu lagi, tapi aku harus menyusuimu, agar kamu sah menjadi anakku,” kata Bude sembari mengelus kepalaku. aku memejamkan mata dan rambutku dielus-elus dengan kemanjaan.
Bude melepas semua kancing dasternya dan mengeluarkan teteknya.
“Kamu harus netek, dan kamu sah adalah anakku,” kata Bude menyodorkan teteknya ke mulut aku.
Dengan dada menggemuruh, aku merebahkan kepala di paha Bude dan Bude menyodorkan teteknya ke mulutku sembari mengelus-elus rambut ku. Dada Bude juga menggemuruh keras. Bude mengarahkan bagaimana cara mengisap tetek dan mempermainkan lidah pada teteknya. Lepas dari satu tetek, dipindahkan ke tetek yang lainnya.
“Ikhhhh… anak ibu memang pintar. Ibu berharap, kamu tetap sehat dan nanti bisa tempat ibu menumpang hidup,” bisik Bude ke telinga aku.
Tapi desahan nafas bisikan Bude di telinga aku membua aku semakin gelisah dan bulu kuduknya jadi merinding.
Tangan Bude mengelus dada aku yang telanjang dan telapak tangan Bude sengaja dipermainkan pada pentil tetek aku. aku pun sudah tak mampu mengendalikan diri. aku peluk Bude dan sebelah tetek yang lain diremasnya. aku membuka melepas semua kancing daster Bude sembari terus menetek dan Bude ikut membantu, sampai Bude tinggal memakai CD saja.
Cerita Ngentot
Bude pun nafasnya sudah tidak teratur lagi, lalu melepas celana pendek berkaret bersama CD yang ada di balik celana pendek itu, membuatku sudah telanjang bulat.
aku terus mengusap tetek Bude, dan Bude secara perlahan melepas pula CD nya sampai dia juga telanjang bulat, sementara tangannya dengan cepat meraih remote controle mengecilkan suara TV.dituntunnya aku untuk duduk menghadapnya di lantai, kemudian Bude mengangkangkan kedua kakinya, lalu ditariknya kepala aku sampai rapat ke memeknya. kulihat memeknya ditutupi bulu keriting yang menumbuhi bagian bawah pusar Bude.
Sementara bibir memeknya tampak bagai garis kehitaman. Ohh indahnya.. penisku yang sudah tegang dari tadi.
“Walau kamu belum pernah saya lahirkan, anggaplah ini kelahiranmu. Kamu lahir tanpa sehelai benang pun juga,” bisik Bude .
Mulut ku dirapatkannya ke memeknya dan dia minta untuk menjilati memeknya.
“Sebagai ganti kelahiranmu, karena kamu tak mungkin lagi masuk ke dalam perutku, maka biarlah lidahmu menyentuh….” kata Bude.
Aku mulai memainkan jari-jariku menyibakkan bulu-bulu membuka bibir memeknya lalu kucium dan kujilat-jilat.. biar agak bau tapi rasanya enaakk sekali.. terus kujilat-jilat sampai puas.. kurasakan tubuh bude sedikit bergerak-gerak.. tapi aku tak peduli lagi.. akuu takk tahann lagii., dibagian tengah memek agak keatas memeknya ada daging agak keras seperti kacang lalu kujilati itu
“ya trus pas itu kamu emuuuut” langsung ku emut dan tahu tahu aku merasakan sesuatu yang agak basah dan bau yang khas.
dia tampak menggoyang-goyangkan kepalanya dan pantatnya mulai goyang-goyang juga..
cairan yang keluar dari memeknya makin banyak aja.. dan makin licin.. Bude pun turun ke karpet dan menelentangkan dirinya, lalu ditariknya aku menindih tubuhnya dan menuntun penisku menelusup ke dalam liang memeknya.
Huuuhhhh… hangat terasa penis aku memasuki memek Bude
Secara repleks aku mulai masuk cabut penisnya di dalam liang Bude dan Bude memberi respons dengan menggoyang. Tidak lama, kamipun berpelukan erat dengan nafas sama-sama memburu dan Bude memeluk aku semakin kuat dan menbelit tubuhnya dengan kedua kakinya, lalu Bude mendesah…
“anak aku…. hayo sirami ibumu ini sayang, sebagai tanda kelahiranmu. Hayooo…. “
ku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari penisku .. aku semakin keras mengocok penisku di dalam memeknya..aku merasa helm kepalaku agak panas dan sret-sret.. ada sesuatu keluar dari penisku.. crot crot aku merasa nikmat banget.. aku tekan keras-keras penisku di dalam memeknya.. dan bude pun mencapai orgasmenya dan penisku mulai melembek.. dan aku ter baring disamping nya dan dia nampak tergelak.. lunglai di sebelahku.
“Hayo cepat bangun, udah kesiangan… bangun…bangunnn…” Bude membangunkan aku.
Matahari sudah menyelusup dari kisi-kisi jendela. Dan aku terbangun. Saat dibukanya matanya, yang pertama dia lihat Bude masih telanjang bulat. Saat dia lihat tubuhnya, dia juga telanjang bulat.
Cerita Dewasa
Bude pun memakai dasternya, tanpa CD dan Bra lalu dia keluar kamar dan terus ke kamar mandi. Saat keluar kamar dia setengah berteriak, cepat bangun ayo kita mandi, nanti keburu pelanggan kita pada pulang. aku pun bangkit dan dengan telanjang dia langsung menghambur ke kamar mandi.
Saat dia masuk ke kamar mandi yang pintunya tidak ditutup, sudah beberape kali siraman air sejuk ke tubuh Bude dan air itu terpercik ke tubuh aku. Dingin.
“Sini dekat, Biar ibu mandikan kamu. Dasar malas mandi kamu…” kata Bude seperti berkata kepada anak berusia 4 tahun dengan manja.
aku senang diperlakukan seperti itu. aku pun jongkok lalu disirami air sejuk mulai dari ubun-ubunnya. Disabuni pakai sabun mandi yang wangi, lalu Bude menyirami dan menyabuni tubuhnya sendiri. Berdua mereka mandi di kamar mandi dengan telanjang, lalu mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Berdua pula mereka masuk kamar dan berpakaian.
“Kita beli saja sarapan di pasar. Ayo cepat, kata Bude. aku berpakaian cepat dan bersisir, lalu menyalakan sepeda motor China memanaskan mesinnya, sedang Bude mengenakan kebaya dan kain batiknya. Tergesa-gesa tentunya.
Benar saja, Kios belum dibuka, pelangan sudah ramai menungu, karena Bude adalah kios terbesar di kecamatan itu menjual jamu secara lengkap. Sebuah mobil y ang membawa jamu dari ibukota provinsi juga sudah menunggu. aku membuka kios sembari menyusuni yang penting disusun, Bude mulai melayani pembeli sedang mobil pembawa jamu orderan, harus sabar menunggu.
Kenapa lama sekali hari ini? Salah seoprang pelanggan yang merasa lama menunggu memberikan teguran halus, walau teguran itu disampaikan dengan senyum manis.
“Kayak pengantin baru aja,” yang lain nyeletuk.
“Iya tuh.. wajahnya hari ini cerah sekali, seperti remaja tinting yang baru dapat pacar,” seorang pelanggan lain menimpali.
Walau wajah Bude bersemu merah, dia tersenyum saja.
“Sabar… sabar…” hanya itu yang keluar dari mulutnya.
Apakah jawabannya itu ada relevansinya dengan celoteh pelangannya dia sendiri enggak tau.
Usai menyusun yang penting, aku membeli sarapan ke kedai tak jauh dari tempat mereka dan sarapan sendiri, lalu sebungkus dai bawa untuk Bude, ibunya.
“Ini siapa?” tanya salah seorang pelanggan yang sedikit kagum juga pada kecekatan aku
“Pembantu dapat dari mana?” tanya yang lain.
“Kalau ngomong jangan sembarangan. Itu anakku….” bentak Bude dengan wajahnya yang tajam pada tatapan.
Pelanggan sempat terkesiap mendengar bentakannya. Tapi ada satu pelanggan yang usil dan mengatakan:
” Setahuku, ibu tak pernah menikah, kok tiba-tiba punya anak?”
Bude semakin galak.
“Soal menikah atau tidak, itu urusanku. Tapi yang jelas mulai 3 hari lalu, dia adalah anakku. Mengerti?” bentaknya.
Semua diam. Merek sadar, soal masalah anak, tak pantas mereka mengungkitnya. Setelah semuanya kembali cari, Bude mengatakan kepada salah seorang pelangan yang tertua dan selama ini dekat dengannya, siapa aku. Aku adalah anak adik kandungnya dan sudah diserahkan kepadanya sebagai anaknya sendiri.
Ibu tua itu menyalami Bude sembari mengucapkan selamat, semoga menjadi anak yang soleh. akujuga disalami dan dicium oleh ibu tua itu. Palanggan yang lain yang mulanya mau iseng saja, ikut menyalami dengan mengucapkan selamat. Ibu tua itu menyarankan agar dibuatkan kenduri kecil-kecilan agar semua orang tau, Bude sudah memiliki seorang anak yang ganteng. Semua menyetujui dan BUde pun langsyung ngomong kalau hari minggu depan hal itu dilaksanakan. Saat itu juga Bude mengundang mereka semua.
Ibu tua itu pun menngumbar kata:
“: Tuh… rupanya sudah direncanakan mingu depan buat kenduri kecil-kecilan dan dia akan mengundang kita semua. Makanya, kita tak seharusnya asal ngomong,” katanya.
Pelanggan yang lain pun memohon maaf atas kelancangan mereka. Dan minggu depannya, acara kenduri itu pun dilaksanakan, tetangga semua diundang dan pelanggan juga.
Usai acara kenduri aku dan Bude kelelahan. Cepat mereka tidur. Hanya satu malam saja aku tidur di kamarnya yang sudah disediakan. Setalah itu, mereka pernah tidur di karvet sampai bangun kesiangan, kemudian dan seterusnya mereka tidur di kamar Bude.
Begitu pintu tertutup, Bude melepas pakaiannya sampai bugil dan meletakkan dasternya pada sebuah paku di sisi ranjang. Aku juga demikian dan mereka masuk ke dalam selimut. Di antara mereka tak ada pernah keluar kata-kata malam ini kita ngentot yuk atau kata-kata apa saja. Bahasa tubuh keduanya mereka sudah bisa saling mengerti.
aku membuka sedikit selimut dan mulutnya langsung mengisap tetek Bude dan sebelah tanganya mengelus-elus memek Bude dengan bulunya yang selalu terawat rapi. Saat itu juga walau terasa agak letih Bude tatap memberinya respons, mereka saling mengelus, merangkul dan melepaskan nikmat mereka dengan gairah yang luar biasa.
Semua orang kagum pada Bude y ang memiliki anak ganteng dan semakin ganteng saja dengan pakaian rapi seperti Bude, dan rajin membantu. Tak percuma Bude mendapatkan anak seperti aku yang rajin dan penuh sopan santun. Bude juga bangga sekali jika orang-orang memujinya. Terutama orang sedesanya yang mengetahui siapa aku dan mengenal siapa orangtua aku, mereka menghargai keberadaan aku.
Setahun sudah aku bersama Bude. Dia semakin ganteng, tidak terjemur matahari lagi, makan teratur dan pakaiannya bagus-bagus, serasi dengan tubuhnya. Kini kelihatan dia semakin tinggi dan berotot.
suatu hari karena ada acara disekolahan aku tidak dapat menjemput bude ke pasar. aku pulang jam 3 sore kok bude belum pulang aku langsung bertanya pada tetangga katanya bude kecelakaan dan dirawat di rs di kotaku.aku sampai disana sekitar jam 4sore langsung kutemui bude dia masih dalam keadaan tidak sadar. Langsung kuhububgi ibuku memberitahukan bahwa bude kecelakaan. Sekitar jam 6 malam ibuku datang tanpa bapak .
“Lho bu bapak mana?”
“Bapakmu merantau dikota jadi dia tidak bias datang,gimana keadaan budemu?”
“Sudah sadar bu tapi masih belum boleh dijenguk”. kamipun bergiliran dalam menjaga bude.kalau pagi aku pergi ke pasar sedangkan kalau malam aku yang menunggu .
sedangkan ibuku pergi ke rumah bude aku tidak sekolah karena lebih mementingkancari duit untuk kesembuhan bude.
sekitar 2 hari setelah kejadian bude sudah dipindah diruang rawat inap malamnya sekitar jam 8malam aku pamit ke bude mau ambil pakaian soalnya pakaian kami tinggal sedikit entar aku balik lagi kesini.
“Baik nak kamu balik aja dulu trus gimana tokonya?”
“Saya yang nungguin”
“Lha trus sekolahmu gimana?”
“Enggak papa yang penting ibu cepat sembuh biar kita bias 2 sama lagi.”
Lalu aku sampai rumah sekitar jam 10 karena aku punya kunci serep maka aku bisa masuk. Ketika kulihat didepan tv ada ibu yang sedang tidur dengan hanya menggunakan daster tanpa cd dan bh mungkin karena merasa sudah tidak ada orang dirumah.
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,